Ok sebelum mulai membaca lebih lanjut artikel berikut ini, ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan.
“Apa yang ada di benak Anda tentang telepon CDMA?” Sebutkan 3 hal, dan ingat baik-baik.
Saya pernah melakukan survey kecil sendiri terhadap teman-teman di sekitar, sebagian besar jawaban mereka adalah “telepon murah, handphone murah, dan dalam kota“
Yang pertama telepon murah, mengapa demikian? Memang menurut sumber yang beberapa kali pernah saya tanyakan, teknologi CDMA ternyata menggunakan cost yang lebih murah dibandingkan dengan penyelenggaraan jasa GSM. Dan tak jarang yang mempersepsikan sebagai “Telepon Rumah berasa handphone, Handphone yang berasa telpon murah“. Jadi di benak masyarakat adalah CDMA sebagai solusi bertelekomunikasi murah.
Kemudian Handphone Murah. Loh kenapa bisa dikaitkan dengan perangkat, sedangkan yang kita tanyakan adalah jasa telekomunikasi. Saat ini para pebisnis operator CDMA melakukan strategi bundling starter pack CDMA dengan handphone murah. Bahkan beberapa mengatakan “beli starter pack/ pulsa gratis handphone“. Akhirnya sampai sekarang hampir semua penjualan selalu dibundling dengan handphone murah. Hal ini yang semakin merangsang persepsi masyarakat bahwa CDMA adalah solusi komunikasi murah (semoga tidak tercap murahan).
Bahkan penulis pun kadang sering bingung setiap melihat promo penjualan CDMA, Ini jualan nomor atau jualan handphone.
Yang ketiga adalah “dalam kota“. Mengapa demikian? karena sebagian besar menggunakan nomor berawalan kode daerah, seperti 027433xxxx. Sampai dengan paragraf ini secara tidak sadar Anda pasti masih berpikir demikian, padahal masih ada operator lain yang tidak menggunakan penomoran seperti itu. Saya sebutkan saja salah satunya adalah Fren. Fren memang memegang lisensi selular.
Sebenarnya yang dimaksud dengan CDMA adalah sebuah teknologi telekomunikasi Code Division Multiple Access. Tetapi nampaknya sudah bergeser di benak masyarakat. Bahwa fren tidak termasuk sebagai CDMA, silakan saja tanyakan orang-orang awan di sekitar Anda untuk menyebutkan operator-operator mana saja CDMA itu. Pasti kebanyakan menjawab Flexi atau Esia, memang keduanya adalah market leader CDMA dan kebetulan memang menggunakan penomoran seperti PSTN. Brand di benak masyarakat nampaknya telah berubah.
Sehingga kalau kita berbincang tema tentang CDMA pasti mengarah kepada kedua operator besar yaitu Flexi, starOne dan Esia. Salah kaprah ini memang sudah menjadi common isue yang akhirnya menjadi pembenaran di masyarakat bahwa CDMA adalah ‘telpon rumah berasa handphone’. Sehingga justru mempersempit scope pemikiran tentang flexibilitas CDMA untuk dibawa kemana-mana sekalipun luar kota. Padahal sudah ada fitur untuk flexibilitas ke luar kota seperti halnya COMBO pad Flexi, Jelajah pada starOne, dan GOGO pada Esia.
Begitulah Indonesia dengan berbagai macam keunikannya. Seperti bilang ‘odol’ untuk pasta gigi padahal ‘odol’ itu ternyata adalah sebuah merek, dan bilang ’sanyo’ untuk pompa air.
Nampaknya menjadi sebuah tantangan bagi penyelenggara jasa telekomunikasi CDMA untuk mengangkat persepsi di masyarakat bahwa CDMA adalah solusi murah (semoga tidak murahan) yang berimbas terhadap persepsi bahwa ‘yang murah kurang bisa dihandalkan’ padahal belum tentu kualitasnya jelek. Apa memang demikian? Who knows? Pelangganlah yang lebih bisa menjawabnya. rasya
Selasa, 11 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar